Berhenti merokok bukanlah hal yang mudah dilakukan. Tapi perokok dengan kecanduan lain atau memiliki gangguan mental yang menyertai akan lebih berhasil berhenti jika diikuti dengan konseling oleh dokter.
Survei menemukan sekitar 4 dari 10 perokok memiliki kecanduan lain seperti alkohol dan obat serta gangguan mental. Kondisi ini membuat pecandu rokok memiliki tantangan yang sangat besar untuk bisa lepas dari ketergantungan.
Namun studi baru menemukan pasien dengan kecanduan lain ini bisa 5 kali lebih mungkin untuk berhenti merokok jika ia menerima konseling dari dokter yang memberikan perawatan utamanya.
"Membantu mereka melepaskan diri dari kebiasaan merokok tidak hanya meningkatkan kesehatan tapi juga mengurangi biaya perawatan kesehatan yang terkait dengan rokok," ujar Dr Michael Ong dari Jonsson Comprehensive Cancer Center di University of California, Los Angeles, seperti dikutip dari HealthDay, Sabtu (27/8/2011).
Dr Ong menuturkan hal ini sangat efektif jika dokter di perawatan primer memberikan bantuan pada pasien yang ingin berhenti merokok. Tapi konseling yang dilakukan sebaiknya bersifat kontinu, karena jika hanya sekali maka perokok akan sangat mudah untuk kembali merokok.
"Kami menunjukkan bahwa konseling merokok bisa menjadi cara menghentikan rokok yang efektif, dokter hanya harus mengambil satu hal pada satu waktu seperti hal mana yang harus diutamakan terlebih dahulu," ujar Dr Ong.
Dalam studi ini Dr Ong dan tim melihat tingkat kesuksesan diantara hampir 1.400 perokok yang mencoba untuk berhenti. Hasil yang didapatkan sekitar 6 persen perokok dengan gangguan kormobid (kecanduan lain atau penyakit mental yang menyertai) berhasil berhenti tanpa bantuan koseling, dan sekitar 10,5 persen perokok tanpa kecanduan lain bisa berhenti tanpa bantuan konseling.
Tapi hasil yang jauh berbeda didapatkan, sekitar 31 persen perokok dengan gangguan kormobid yang menerima konseling berhasil berhenti, sedangkan perokok yang tidak disertai gangguan kormobid sekitar 35 persen berhasil berhenti.
Hasil penelitian ini sudah diterbitkan pada 23 Agustus 2011 dalam jurnal Nicotine & Tobacco Research.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar